Powered By Blogger

with anak-anak 86

with anak-anak 86

Kamis, 24 Desember 2009

KETERPADUAN KETERAMPILAN MENYIMAK DENGAN FOKUS BERBICARA.

Keterampilan berkomunikasi khususnya dalam hal menyimak dan berbicara penting bagi anak usia dini. Guru Pendidikan Sekolah Dasar merupakan model bagi anak untuk dicontoh, terutama dalam hal mengembangkan keterampilan berkomunikasi. Hasil studi yang dilakukan oleh Book and Reading Development (1992) yang dilaporkan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa kebiasaan membaca belum terjadi pada siswa SD dan SLTP. Hasil studi tersebut juga menunjukkan adanya korelasi antara mutu pendidikan secara keseluruhan dengan waktu yang tersedia untuk membaca dan ketersediaan bahan bacaan. Selanjutnya hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa belum dimilikinya kebiasan membaca oleh siswa cenderung memberikan dampak negatife terhadap mutu pendidikan SD dan SLTP secara nasional (Sitepu: 1999).

Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Seseorang tidak ada yang perlu dikatakan jika tidak ada seorangpun yang mendengarkan. Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan. Pada dasarnya, bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari melalui menyimak dan menirukan pembicaraan.
.
Berbagai Kegiatan Keterpaduan Keterampilan Menyimak dengan Fokus Berbicara
1. Menyimak dan Bercerita
Sebuah cerita bermanfaat untuk masa depan umat manusia. Dengan mendengarkan cerita kita akan memiliki kemampuan imajinatif, matematika dan bahasa. Kebiasaan mendengarkan cerita dapat menambah kemampuan berbahasa, selain itu dapat menanamkan budi pekerti. Orang yang memiliki daya nalar tinggi dan mampu mengatur pikirannya dengan cara sebaik- baiknya agar jelas dan mudah dimengerti oranglain, selalu mampu meyakinkan oranglain dengan cara berbicara. Jadi, daya nalar yang tinggi terletak pada kemampuan berbicara( menggunakan bahasa)
Apabila menyimak cerita dan isi cerita tersebut berkesan biasanya ada keinginan kita untuk menceritakanya kembali tanpa menguraangi makna isi cerita tersebut. Lalu, dengan kata- kata sendiri disampaikan lagi secara lisan kepada orang lain. Setelah mendengarkan cerita, pendengar akan berkomentar akan cerita tersebut.
2. Menyimak dan Bercakap- cakap
Secara langsung komunikasi akan lebih efektif apabila ada pihak pertama dan kedua. Apabila pihak pertama berbicara maka pihak kedua menjadi penyimak atau sebaliknya. Keterkaitan pembicara dalam percakapan biasanya berhubungan erat topik pembicaraan, yang aktual. Selain itu adanya hubungan social yang baik merasa ada kedekatan diantara mereka.
Untuk dapat bertanya maka kita harus dapat memahami isi pembicaraan. Begitu pula bila kita akan menjawab pertanyaan maka kita harus dapat memahami apa yang ditanyakan oleh penanya. Berdasarkan hal tersebut dapat disilmpulkan bahwa kegiatan berbicara tidak lepas dari kegiatan menyimak.

3. Menyimak dan Diskusi
Arena diskusi yang hangat memerlukan kemampuan peserta untuk saling mendengarkan ketika orang lain berpendapat. Cobalah membaca dialog, lalu analisis bahasa dan materi yang menjadi bahan pembicaraan. Diskusikan hasil analisis struktur kalimat dan peragakan intonasi kalimat, tanya para siswa dengan teman-temannya, sehingga diperoleh rumus karakteristik dialog. Selanjutnya coba amati dialog- dialog yang terjadi di sekitar siswa, lalu praktikanlah!



KETERPADUAN KETERAMPILAN MENULIS DENGAN FOKUS MEMBACA.


PREP, Mengembangkan Asosiasi Semantis
PREP merupakan kegiatan prabaca yang direncanakan dengan maksud untuk menjadikan pembaca sadar terhadap apa yang sudah diketahuinya mengenai topik yang akan dibacanya dan guna mengaktifkan memori dan harapan- harapan mereka terhadap bacaan dapat mempelajari langkah- langkah PREP sebelum membaca secara individual, dan PREP dapat dijadikan sebagai bagian dari aktivitas pr abaca.

PREP terdiri atas tiga tahap yaitu :
Memilijh sebuah kata kunci, frase/gambar dari teks, kemudian membuat asosiasinya dari kata kunci, frase/ gambar tersebut.
Mengemukakan alasan-alasan mengenai asosiasi yang telah dibuat
Mengemukakan asosiasi-asosiasi tambahan isi muncul ketika diskusi berlangsung.

Pelaksanaan ketiga tahap PREEP hampir tidak memerlukan persiapan dan dapat di terapkan pada semua jenis bahan bacaan. PREP juga memberi umpan balik yang Reliable kepada anda untuk mengetimasi pengusaan konsep dan latar belakang pengetahuan yang telah anda miliki sehubungan dengan suatu topic bacaan. Contoh latihan melakukan asosiasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Latihan berasosiasi secara klasikal
Misalnya kemukakan apa yang anda bayangkan ketika melihat kata vitamin:
Latihan berasosi secara berpasangan atau berkelompok
MIsalnya anda menemukan sepuluh kata tulislah apa yang di ingat atau dipikirkan dengan kata–kata tersebut dengan menuliskannya pada bagian yang bergaris disebelah kata–kata tersebut. Kemudian, bandingkan dengan hasil pekerjaan teman–teman anda. Perhatikan persamaan dan perbedaan antara daftar yang anda buat dengan yang di buat oleh teman–teman anda.
Formulir dan Tanggapan terhadap buku
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman tentang isi suatu bacaan atau buku adalah memberikan tanggapan atau komentar terhadap buku ynag sudah di baca. Komentar tersebut dapat memberikan gambaran mengenai pikiran dan perasaan terhadap buku yang telah di baca. komentar dapat di tulis di formulir tanggapan.
Formulir tanggapan terhadap buku yang telah di baca antara lain berisi:
1. Judul buku
2. Nama pengarang
3. Jenis buku
4. Informasi mengenai tingkat kesulitan
5. Komentar mengenai keunggulan – keunggulan buku
6. Saran – saran untuk teman mengenai manfaat membaca buku tersebut
7. Identitas pembaca atau pengisi formulir
Kegiatan pemberian tanggapan terhadap buku selain bermanfaat bagi latihan membaca pemahaman dan belajar memberi penilaian terhadap sebuah buku yang telah di baca secara singkat, juga bermanfaat sebagai latihan pendahuluan bagi pelajaran menulis resensi buku.

Menulis sinonim dan hiponim
Sebagai upaya untuk melatih berasosiasi guna menguatkan kemampuan dalam menggunakan metode top-down dan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan menguasai kosakata sehubungan dengan proses membaca secara bottom-up dapat dituliskan kata-kata yang bersinonom dan berhiponim.
Melengkapi bagian-bagian bacaan
Untuk melatih dan memonitor kemampuan memahami bahan bacaan tertentudapat dilakukan dengan latihan melengkapi bagian-bagian teks yang tidak lengkap.
Ada beberapa variasi latihan yang dikembangkan antara lain :
Menulis bagian-bagian teks yang sengaja dikosongkan atau tidak lengkap dengan menggunakan kata-kata yang sesuai
Memasang kata-kata yang sesuai dengan bagian-bagian teks kosng yang telah disediakan.
Menuliskan kata-kata jenis tertentu yang dihilangkan dari teks
Menulis ringkasan bacaan
Karangan memiliki sebuah tema atau topik utama. Tema atau topik utama itu, kemudian dikembangkan menjadi rangkaian bagian-bagian karangan yang terdiri dari paragraf-paragraf. Setiap paragraf memiliki sebuah tema atau topik utama yang mendukung tema atau topik untuk karangan. Untuk memahami sebuah karangan atau buku, pembaca harus dapat memahami tema atau topic utama yang terkandung dalam setiap paragraf yang membentuk keseluruhan karangan atau buku itu. Tema atau topic utama dapat ditemukan pada bagian awal, akhir atau awal dan akhir paragraf atau mungkin dalam keseluruhan kalimat yang membangun sebuah paragraf.
Guna memahami dan mengingat isi suatu bahan bacaan atau buku dengan menuliskan ringkasan bahan bacaan atau buku yang telah dibaca. Untuk tujuan itu, dapat terlebih dahulu mencatat tema atau topik utama yang terkandung dalam setiap paragraf pada setiap bacaan atau buku. Kemudian dengan memanfaatkan bahan catatan itu maka dapat menuliskan ringkasan isi bacaan atau buku dengan menggunakan kata-kata sendiri.



Jumat, 18 Desember 2009

AIR MATA DOSAKU

“Eh ini gimana sih?” kataku membentak. Udah sarapan telat kerjaan nggak becus, dasar!”

“Maaf, Non,” jawab Mbok Yem, pagi ini saya kurang enak badan.”

“Lalu apa urusannya sama ak, hah? Kamu tuh cuma alasan, pakai acara kurang enak segala. Mana yang kurang enak?” ketusku, lalu pergi meninggalkan Mbok Yem sendirian.

Kulihat dari matanya memang dia agak sedih, tapi aku tak peduli. Mbok Yem adalah pembantuku dan baru dirumahku. Sejak kedatangannya aku sudah tak menyukainya.

Disna, kamu ini apa-apaan? Kamu jangan kurang ajar sama Mbok yem,”bentak ibu setelah aku mendorong tubuh Mbok Yem hingga jatuh.

“Seharusnya Ibu berterima kasih kepada Disna. Lihat ini vas bunga hadiah Ayah pecah,” kataku.

Ibu melihat vas pecah itu lalu menjawab dengan nada keras. “Tapi ini kan hanya vas, bisa beli lagi. Bagaimana kalau batin? Mbok Yem manusia, kamu sadari itu, kamu memang…..”

Belum sempat Ibu melanjutkan kata-katanya, Mbok Yem menyela,”Sudahlah, Bu, saya yang salah. Non Disna betul, vas itu memang sangat berharga. Saya akan menggantinya dengan tidak digaji sampai cukup dengan harga vas itu.”

“Bagus, kamu sadari. Dia sendiri yang bilang, bukan Disna, Bu.” kataku lalu pergi dari hadapan Ibu dan Mbok Yem. Sore harinya di ruang tenggah aku menghampiri Ibu yang sedang membaca Koran .

“Bu, Disna mau bicara,” kataku pelan, “Kenapa Ibu selalu membela Mbok Yem jika Disna lagi memarahinya? Disna memarahi Mbok Yem agar dia sadar posisi di rumah ini.”

Ibu berdiri dan menjawab dengan lantan, “Apa-apaan kamu Disna? Kamu tidak boleh berkata seperti itu. Bagaimanpun dia itu manusia, dia sebenarnya…..”

“Sebenarnya apa, Bu?” potongku.

“Sudahlah, Ibu tidak mau membicarakan hal ini lagi. Ibu hanya ingin kamu bersikap baik sama Mbok Yem, titik!” jawab ibu lalu pergi dari hadapanku.

Ada apa sebenarnya antara Ibun dan Mbok Yem. Mungkinkah dia... Tak sempat aku melanjutkan lamunanku, aku dikejutkan oleh suara mobil dari depan.

“Pasti itu Ayah,” pikirku.

“Sudahlah, vas itu kan Ayah bisa beli lagi,” jawab Ayah bijak setelah aku menceritakan perihal vas itu.

“Tapi, yah, …” kataku.

“Sudah, Ayah mau ganti baju dulu,” lanjut Ayah lalu melangkah ke kamar.

***

Malam hari aku merenung tentang perilaku Mbok Yem padaku sampai akhirnya aku berada di bawah alam sadar. Aku terperanjat.

“Siapa?” tanyaku.

“Saya Non,” jawab Mbok Yem.

“Klek.” suara pintu terbuka.

“Maaf Non, saya cuma mau mengantar susu ini,” tawar Mbok Yem.

“Kamu tahu nggak? Aku tadi sedang tidur, malah dibangunin,” sambutku dan “pyaaarrr” suara gelas berisi susu pecah.

‘Bersihkan! Eh…..malah nangis. Biar dikasihani lalu Ayah dan Ibu memarahiku. Gitu!’ bentakku lagi. “Cepat ambil pecahannya! Malah bengong. Ingin dihajar, iya?”

“Ampun, Non, saya tidak bermaksud seperti yang Non katakana tadi,” rintih Mbok Yem.

“Alasan.’ Jawabku lalu sambil berlalu.

Pagi hari….

“Bu, ada Koran lama nggak? Disna disuruh buat keliping,” tanyaku habis sarapan.

“Di gudang,” jawab Ibu singkat sambil membereskan piring. Aku menuju gudang.

“Oh, itu dia,” gumamku.

“Seorang istri membunuh suami. Wah sadis sekali,” pikirku. Aku pun membaca dari awal hingga akhir. Cahyani Yemtini, nama pembunuh itu. aku perhatikan wajah pembunuh itu walaupun hanya terlihat dari sampingdalam situasi di pengadilan. Ini kan ..

Aku berlari ke ruang tengah. Kutemukan ayah, Ibu, dan Mbok Yem.

“Mbok Yem, siapa nama panjangmu?” tanyaku tak sadar.

“Cahyani Yemtini,” jawab mbok yem penuh tanda tanya.

Darahku serasa mendidih, udara pun menjadi panas.

“Dasar pembunuh! Pergi dari rumah ini, pergi!” kataku tanpa ba bi bu lagi lalu menyeret tubuh Mbok Yem.

“Ampun, Non. Saya tidak tahu apa-apa sungguh,” rintih mbok Yem.

“Disna kamu ini apa-apaan? Lepaskan Mbok Yem,” perintah Ibu dengan wajah marah.

“Baik Disna lepaskan. Tapi lihat Koran ini. Dia membunuh suaminya sendiri, Bu. Lihat yah, Disna tidak bohong. Ini buktinya,”

“Benar kan, Bu? Mbok Yem pembunuh. Dia pembunua,” lanjutku.

Ibu menatap tajam ke arahku yang menggenggam tangan Mbok Yem siap menyeret.

“Hentikan semua ini Disna! kamu memang anak kurang ajar, durhaka, kamu tahu siapa yang kamu perlakukan seperti ini? Dia itu …’ jawab Ibu marah.

“Siapa?” tanyaku lantang.

“Sudahlah, Bu …” Ayah menengahi.

“Biar dia tahu sekalian siapa wanita yang diperlakukan tak layak ini,’ jawab Ibu memeluk Mbok Yem.

“Siapa, yah? Katakana!” tanyaku berharap.

“Ibumu, Ibu kandungmu,” sela ibu dengan air mata berlinang.

Seketika aku terdiam, terkejut, hatiku membeku.

“Aku menoleh, ibuku?” kataku lirih.

“Tidak, Ibu bohong Non,’ kata Mbok Yem menjawab pertanyaanku.

“Sudahlah Mbok, jangan ditutup-tutupi lagi. Disna sudah besa, sudah selayakya dia mengetahui siapa Ibu kandungnya. Biar Disna tahu wanita yang selalu dicacinya adalah ibu kandungnya,” sela Ibu.

“Tidak semua ini bohong ….’

***

Sebulan telah berlalu meninggalkan cerita pahit. Sebulan pulalah Mbok Yem pergi dai rumah ini. Ayah dan Ibu sedih. Aku? Aku tidak, karena bagiku Ibuku adalah Ibuku yang sekarang bukan Mbok Yem atau siapapun. Dalam sebulan inilah Ayah selalu menasehatiku agar aku bisa menerima kenyataan ini, menerima bahwa Mbok Yem adalah Ibu kandungku.

“Bu Cahya, Ibumu sakit, Nak, kanker darah.” kata Ibu memberitahuku yang sedang duduk sambil mambaca novel.

Bu Cahya adalah Mbok Yem, panggilan akrab di kampungnya.

“Biar saja dia mati sekalian. Disna tidak peduli kalau pun dia ibuku, mengapa dia membunuh suaminya sendiri yang tak lain adalah ayahku sendiri?” jawabku.

Pertanyaan itulah yang selalu dilontarkan. Ibu hanya diam dan akhirnya air mata pun jatuh di pipinya.

“Bagaimanpun juga dia Ibu kandungmu, dia yang melirkanmu dan membayar uang sekolah mu dengan mengirim wesel kepada Ibu,” jawab Ibu.

Aku tak manjawab.

Seminggu kemudian, Bu Cahya pulang dari rumah sakit.

‘Ayo Disna ikut tengok Bu Cahya,” ajak Ayah lembut.

“Tidak, tidak akan,” jawabku tegas.

Sudahlah, Yah, biar Disna tenanga dulu,” Ibu menengahi.

“Baiklah, tapi kamu harus jnji besok kamu harus jengguk Ibumu.” Jawab ayah lalu pergi menuju kampung Bu Cahya.

Esok hari.

“Disna, Bu Cahya keadaannya memburuk. Dia muntah darah banyak sekali tadi pagi. Bu Cahya ingin bertemu denganmu.” Ayah memberi tahu.

“Tidak, Ayah. Disna nggak mau ke sana.” Jawabku.

“Kamu harus ke sana, ayo, perintah Ayah sambil menggenggam lenganku.

Aku pun terpaksa ikut.

“Ayo cepat, Bu Cahya menunggumu,” kata Ayah.

Aku turun. Ayah masuk ke kamar berdinding bambu itu. Aku masuk mengikutinya dan melihat Ibu dan Bu Cahya berbicara.

“Mendekatlah, Nak!” ajak Bu Cahya.

“Tidak,” jawabku.

“Disna, kamu tidak boleh seperti itu, cepat mendekatlah.” bentak Ayah.

“Nak, Ibu ingin memelukmu,’ pinta Bu Cahya.

Hatiku tetap beku, melihat wanita di depanku yang tak lain adalah Ibu kandungku sendiri yang sedang sekarat itu, tak sedikitpun aku tersentuh. Tak merasa iba. Karena bagiku dia adalah pembunuh.

“Tidak, kamu pembunuh,” jawabku.

“Ibu bukan pembunuh. Terserahlah pendapatmu, tapi dengarkanlah cerita Ibu. Dulu ketika masih kecil, ayahu terbelit hutang. Pada malam ulang tahun pertamamu, seorang datang ke box tempat kamu tidur dan mengambilmu. Ibu takut, lalu Ibu mengambil pisau untuk mnyelamatkanmu, tapi Ayahmu menghalangi, takut kalau orang itu terbunuh atau malah melukaimu. Tapi malah Ayahmu yang terbunuh., dan kamu diletakkan begitu saja oleh oang itu. lalu orang itu melaporkan yang terjadi dengan memutar balikkan faktakepada polisi..posisi Ibu sulit, tidak ada saklsi, lalu Ibu dipenjara dan kamu Ibu titipkan kepada Ibu fatimah, Ibumu yang sekarang.” cerita Bu Cahya.

“Bohong.” tanggapku.

“Benar itu semua, Nak,” jawab Bu Cahya.

“Anakku, Disna, sebelum semua ini berakhir Ibu ingin meminta sesuatau padamu,” pinta Bu Cahya. “Ibu ingin kau memanggilku Ibu.”

“Tidak, jangan harap aku memanggilmu Ibu.”jawabku marah.

Aku pergi dari kamar itu dan berlari keluar. Belum sempat aku ke teras.

“Nak, ampunilah Ibu, Ibu tahu Ibu salah,” rintih Bu Cahya. Tubuhnya rebah ke lantai. Aku melihat matanya menahan sakit.

“Nak, kemarilah,” lanjutnya sambil berusaha mendekatiku.

Bu Cahya memegang kakiku. “Nak, Ibu mohon, ampuni Ibu. Ibu sangat menyayangimu.” Pintanya berharap.

“Kabulkanlah permintaan terakhirnya, Disna,” saran Ayah.

“Panggil sekali, dia Ibu!” lanjut Ayah. Aku tak menjawab.

“Disna, tolong Ibu kamu,” perintah Ibu marah menyuruhku memangku Bu Cahya. Ibu memegang tanganku dan menarik tangganku hingga aku memandang wajah Bu Cahya dari dekat.

“Nak, ampuni Ibu, panggillah aku Ibu. Sekali saja, Nak!” pintanya lagi.

Suasana henung ….

“Disna, Ibu mohon …..” belim sempat kalimat itu dilanjutkan, mata Bu Cahya tetutup. Ia meninggal di pangkuanku. Belum sempat aku mengabulkan permintaannya yang terakhir, dia telah meninggal. Ibu dan ayah menangis.

Sepertinya hatiku memang telah membatu. Aku tak mengis. Setetes air mataku pun tak keluarsewaktu Bu Cahya dimakamkan. Aku merasa masih menyimpan dendam kepadanya. Entah itu dendam apa yang jelas aku tidak suka kepadanya.

Dalam 8 bulan ini aku tak pernah sekalipun mengunjungi makan Bu Cahya yang tak lain adalah ibu kandungku. Ayah dan Ibu telah lelah menasehatiku. Kulihat mereka begitu kecawa padaku karena sikapku kepada Bu Cahya yang lalu. Merasa gagal mendidikku.

Tapi bulan ke-9 setelah Bu Cahya meninggal tiba-tiba hati ku serasa mencair setelah lama membeku. Aku teringat Bu Cahya, bahkan hampir tiap hari aku memimpikannya. Anehnya lagi aku juga memimpikan sesosok orang yang menjadi ayahku padahal aku belum pernah melihatnya. Kuputuskan sore itu juga aku pergi ke makam Bu cahya, di atas batu nisan itu aku menagis meratapi semua, semua salah dan dosaku. Tapi aku sadar menyesal sekarang tak akan merubah semuanya. Bu cahya telah pergi. Maafkan aku Ibu …..

SOBAT

Seperti setiap kisah maka pertemuan menjadi langkah

Sebuah interaksi sebentuk tali

Mengikat kita bersosialisasi

Ada kalanya kita berdir, berlainan sisi

Ada kalanya kita bercengkrama,

Semua ada waktunya

Semua ada tempatnya

Diriku yang Menantimu

Di malam yang sesunyi ini

Aku duduk sendiri

Hanya angin malam

Yang setia menemani kesendiriannku

Di tempat ini

Aku setia menantimu

Menanti kehadiranmu

Untuk kembali disisiku

Rasanya aku hampir putus asa

Mananti kehadiranmu

Ingin rasanya ku putar waktu

Dan ku ingin kembali ke masa itu

Ingatlah engkau tentang cerita kita

Yang seakan-akan tidak akan pernah

Untuk tergantikan selama-lamanya

Tapi rasanya itu hanyalah sia-sia

Karena tak mungkin dapat ku ulang

Yang aku rasa sekarang hanyalah

Penyesalan yang menyiksa

KETERAMPILAN MENULIS

A. Hakikat Menulis sebagai Aspek Keterampilan Barbahasa

1. Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tudak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambing-lambanggrafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

2. Fungsi dan Tujuan Menulis

Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat, situasi itu adalah :

a. Maksud dan tujuan sang penulis (perubahan yang diharapkan akan terjadi pada diri pembaca);

b. Pembaca atau pemirsa (apakah pembaca itu orang tua, kenalan, atau teman sang penulis);

c. Waktu dan kesempatan (keadaan-keadaan yang melibatkan berlangsungnya suatu kejadian tertentu, waktu, tempat dan situasi yang menuntutperhatian langsung, masalah yang memerlukan pemecahan, pertanyaan yang menuntut jawaban, dan sebagainya (D’angelo, via Tarigan: 22).

Hugo Hartig (via Tarigan, 1982: 260 merangkum tujuan penulisan sebagai berikut :

a. Assigment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebernarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali hanya penulis menulis karena ditugaskan, bukan kemauan sendiri.

b. Altruistic purpose (tujuan alturistik)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.

c. Persuasive purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

e. Selfexpressive (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenelkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f. Creative purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif’ di sini melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai nilai-nilai artistic, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

g. Problem-solving purpose

Dalam tulisan seperti ini sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi, ingin menjelaskan, menjernihkan, serta meneliti secara cermat pikiran-pikirandan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat mengertidan diterima oleh para pembaca.

B. Ragam Tulisan

1. Narasi

Narasi adalah jenis karangan yang menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman berdasarkan urutan waktu (kronologis).

Narasi terdiri atas narasi ekspositoris, yaitu tulisan yang menginformasikan peristiwa dengan bahasa yang lugas dan konfliknya tidak terlalu kelihatan dan aristik atau literer sesungguhnya murni sebagai tulisan narasi.

2. Deskripsi

Deskripsi adalah jenis karangan yang melukiskan atau menggambarkan suatu objek apa adanya, sehingga pembaca ikut juga merasakan, mengalami. Melihat, dan mendengar apa yang ditulis pengarang.

3. Eksposisi

Eksposisi adalah jenis karangan yang bertujuan menambah pengetahuan pembaca dengan cara memaparkan informasi secara aktual.

4. Argumentasi

Argumentasia adalah jenis karangan yang bertujuan mempengaruhi pembaca dengan bukti-bukti, alasan, atau pendapat yang kuat sehingga gagasan yang dikemukakan penulis dapat diyakini/dipercaya pembaca.

Hal-hal yang perlu diketahui dalam kegiatan tulis-menulis :

1. Paragraf

Paragraf atau alinea adalah seperangkat kalimat yang membahas satu topik atau hanya menagcu pada satu gagasan pokok. Jadi, suatu paragraf tidak boleh menangandung dua topik. Topik dituangkan ke daalm suatu kalimat yang disebut dengan kalimat topik atau kalimat utama.

a. Berdasarkan letak kalimat utamanay, paragraf dibedakan atas :

a) Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kaliamt topik, kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.

b) Paragraf induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan, kemudian baru diakhiri dengan kalimat topik.

c) Paragraf variatif atau campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok, dan diakhiri dengan kalimat topik.

d) Paragraf naratif/deskriptif adalh paragraf yang pikiran utamanya tidak dinyatakan secara jelas dalam paragraf itu.

e) Paragraf ineratif adalah paragraf yang dimulai dengan penjelasn menuju ke pernyataan umum dan diakhiri dengan penjelasan lagi.

b. Berdasarkan fungsinya, paragraf dibedakan atas :

a) Paragraf pembuka berperan sebagai pengantar untuk sampai pada masalah yang diuraikan.

b) Paragraf penghubung, berisi inti dari persoalan yang akan dikemukakan.

c) Paragraf penutup berisi kesimpulan dari paragraf penghubung, atau dapat juga berisi penegasan kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf penghubung.

2. Kerangka Karangan

Kerangka karangan adalah outline sebuah karangan yang sudah diatur secara sistematis, lengkap, menyeluruh, dan mencakup semua hal yang akan dikemukakan, baik urutan, relasi antara persoalan yang satu dengan yang lain.

Kerangka berperan sebagai :

a. Pedoman poko dalam mengembangkan sebuah karangan

b. Pedoman urgernsi setiap masalah yang terdapat di dalam sebuah karangan.

c. Pedoman sistematik bagi daftar isi setelah karangan selesai disusun dan sebagai pedoman kerja bagi pengarang.

3. Langkah-langak menyusun kerangka

a. Catat semua ide

b. Seleksi ide-ide secara tepat

c. Urutkan ide-ide secara tepat

d. Kelompokkkan ide-ide yang berdekatan pada suatu heading.

e. Langkah seleksi sudah dikerjakan

Setelah itu perlu dilakuakn pengelompokan. Ide-ide yang berdekatan relasinya disatukan pada satu heading, yaitu ide yang lebih besar dari ide-ide itu sebagai tempat bersandar dan bersatunya ide-ide tersebut.

Macam-macam cara sistem penempatan ide-ide di dalam heading :

1. Cara biasa, yaitu berdasarkan urutan waktu, berdasarkan urutan materi, berdasarkan urgensi urutan materi yang tidak boleh diabaikan.

2. Berdasar pertimbanagn logis, yaitu dari klimaks ke antiklimaks, dari yang umum ke yang khusus, dari yang khusus ke yang umum, berdasar seba dan akibat, dari akibat menjurus ke sebab, dari yang bermanfaat ke yang tidak bermanfaat dan sebalikny, dari yang sukar ke yang mudah dan sebaliknya, berdasar pertimbangan psikologi, berdasar kemungkinan saling menjelaskan.

4. Pengembangan Kerangka Karangan

a. Pendahuluan bersifat menjelaskan dan mendorong.

b. Batang tubuh sebagai isi karangan

c. Bagian penutup

C. Teknik Penulisan

Kemampuan menulis dikembangkan dengan cara (1) sering menulis berdasarkan kegunaanspesifik, (2) memahami fakta bahwa “menulis” adalah “menengok kembali”atau memperdalam keahlian Anda, (3) memperoleh pengalaman editing yang akan bermanfaat tidak hanya untuk menulis akan tetapi secara keseluruhan bermanfaat untuk pengembangan kemampuan riset dan auditory atau observasi, dan (4) memublikasikan tulisan.

Grammar atau tata bahasa, retorika dan logika adalah dasar-dasar yang membangun proses real learning dan self-knowledge. Artinya, semua itu adalah dasar bagi pengembangan proses belajar yang nyata dan bagi pengembangan karier pribadi seseorang. Menulis dengan baik adalah sebuah kemampuan yang tidak boleh ditinggalkan atas dasar tiga pilar utama sebagai berikut.

1. Pertama, aktivitas menulislah yang telah merubah dunia.

2. Kedua, aktivitas menulis secara nyata telah terbukti memperkaya kehidupan poliik setiap Negara.

3. Ketiga, menulis ternyata juga bisa mengungkap secara sangat mendalam berbagai hal yang seringkali orang tidak melihatnya.

Paragraf Eksposisi

Bantuan untuk korban gempa Yogyakarta

Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini, warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa kebun warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka kumpulkan di balik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bantuan pemerintah kurang merata.

Paragraf Deskripsi

Malam Hari

Malam itu, indah sekali. Di langit, bintang–bintang berkelip–kelip memancarkan cahaya. Hawa dingin menusuk kulit. Sesekali terdengar suara jangkrik, burung malam, dan kelelawar mengusik sepinya malam. Angin berhembus pelan dan tenang.

Paragraf Narasi

Suasana pernikahan Ahmad dan Mulyati

Siang itu, Sabtu pekan lalu, Ramin bermain bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah kontra melodi yang hebat, lalu bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Ahmad, mempelai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung Pendowo. Mereka membawakan lagu “Mars Jalan” yang dirasa tepat untuk mengantar Ahmad, sang pengantin.

Paragraf Argumentasi

Kontak Lensa

Selain keuntungan atau faktor positif pemakaian lensa kontak, memakai lensa kontak ternyata juga berisiko.Karena terhitung masih baru, banyak orang yang tak tahu risiko tersebut. Meski banyak membantu mereka yang kurang nyaman dengan kacamata, ada sejumlah penyakit yang rawan menyerang pemakai produk ini. Menurut pakar lensa kontak dari Johnson & Johnson Vision Care, Jack Chan, salah memakai lensa kontak, bisa-bisa bukan penglihatan yang terbantu, melainkan timbul penyakit. Dapat terjadi pula komplikasi yang bisa timbul akibat pemakaian lensa kontak, antara lain, noda kornea, sindrom mata kering infeksi, reaksi alergi. Oleh karena itu berhati-hatilah memakai lensa kontak jangan hanya melihat keuntungannya saja.